Jika Politik itu Kotor, Musik Membersihkannya

Senin, 27 Mei 2019 01:43 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti halnya puisi, musik setidaknya mampu menyatukan banyak orang untuk merenungkan kembali tentang diri kita masing-masing saat ini.

"Jika politik itu kotor, puisi membersihkannya."

--John F. Kennedy [Presiden AS ke-35]

 

Imagine. Lagu yang dikomposisi dan dinyanyikan John Lennon itu melegenda. Berisi seruan kepada perdamaian, Imagine mengajak manusia untuk saling mengasihi. Siapapun yang saat ini masih hidup dan pernah menjadi saksi kekacauan dunia akibat Perang Vietnam dapat merasakan getaran yang dipancarkan lagu dan syair Imagine.

Lagu ini direkam dan diedarkan untuk umum pada 1971—hampir empat tahun menjelang kejatuhan Saigon, ibukota Vietnam Selatan yang didukung AS ketika itu dalam perang melawan Vietnam Utara yang komunis. Perang berkepanjangan di wilayah Vietnam telah menimbulkan dampak buruk di berbagai belahan bumi, khususnya bagi rakyat Vietnam dan rakyat Amerika.

Barangkali mirip Lennon, situasi Indonesia saat ini telah mengilhami Rian, musisi D’Masiv, untuk menulis lagu Indonesia Damai. Ia berharap, lagu yang dinyanyikan sejumlah penyanyi itu, antara lain Iwan Fals, dapat berkontribusi dalam meredakan suasana tegang di negeri ini. “Mudah-mudahan bisa bikin semua orang adem,” kata Rian seperti dikutip media, “bisa lebih menghargai perbedaan dan saling melindungi.”

Ikhtiar Rian dan musisi lainnya ini mengingatkan pada kata-kata John F. Kennedy bahwa ‘jika politik itu kotor, puisi membersihkannya.’ Tragisnya, John terbunuh tatkala menjabat sebagai Presiden AS, entah terkena dampak kotornya politik atau apa. Sebagai seorang politikus, John tahu persis bagaimana perilaku berpolitik dijalankan oleh orang-orang yang berada di dunia politik.

Politik itu penting sebagai sarana untuk menemukan konsensus-konsensus di tengah perbedaan di antara warga masyaralat. Namun, politik menjadi kotor ketika orang-orang yang terjun di dalamnya tidak mampu lagi melihat kebenaran, kejujuran, dan keadilan sebagai landasan dalam berpolitik. Mereka silau oleh kemegahan kekuasaan dan atribut-atribut yang menyertainya, seperti penghormatan, kekayaan, kepatuhan, hingga kewenangan untuk memutus nasib orang lain.

Seperti halnya puisi, musik setidaknya mampu menyatukan banyak orang untuk merenungkan kembali tentang diri kita masing-masing saat ini. Seruan perdamaian, saling melindungi, dan saling berbagi akan didengar banyak orang apabila para musisi bersikap imparsial dalam melihat perbedaan dan perselisihan. Suara merdu mereka akan lebih didengar manakala mereka tidak terlibat politik praktis dan partisan dengan dukung-mendukung pihak tertentu—walau itu sesungguhnya hak politik mereka.

Tanpa mengurangi hak politik untuk berpihak kepada calon presiden tertentu atau partai politik tertentu, musisi dapat menyatakan sikap politiknya di bilik suara, bukan di muka publik. Di muka publik, musisi dapat memainkan peran yang lebih diperlukan masyarakat, yakni menyejukkan suasana hati di kala semua merasa tegang, dan bukan bersikap partisan yang menyanjung-nyanjung figur yang ia dukung.

Ketidakterlibatan dalam politik praktis dengan dukung-mendukung memungkinkan musisi menyampaikan ajakan yang otentik. Otentisitas membuat banyak lapisan masyarakat bersedia menerima ajakan dan menjadikan seruannya punya makna. Masyarakat akan menilai seruan itu murni tanpa dilambari niat-niat politik tertentu. Kritik terhadap sebagian musisi pada masa kampanye yang lalu tak lain terkait dengan otentisitas ajakan para musisi ini untuk menjaga perdamaian, sedangkan pada saat yang sama mereka bersikap partisan.

Dengan bermusik yang baik, musisi sesungguhnya dapat berkontribusi jauh lebih baik ketimbang terjun di dunia politik ataupun ikut pula dukung-mendukung kelompok politik tertentu. Ketika masyarakat dilanda kegentingan, musisi yang tidak berpihak kepada salah satu kelompok akan lebih mudah didengar seruannya oleh masyarakat. Ajakan musisi ini dianggap masyarakat lebih otentik. >>

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua